Tupai terbang memang belum bisa dibudidayakan. Hewan yang kini banyak dipelihara ini ditangkap dari habitatnya di alam. Untuk bisa dijual menjadi peliharaan yang jinak, binatang itu ditangkarkan terlebih dahulu, termasuk untuk menyesuaikan jenis makanannya.
Sampai saat ini, hewan bernama Latin Hylopetes winstoni itu yang menjadi binatang peliharaan, biasanya merupakan tupai terbang yang hidup di alam bebas atau liar yang kemudian dijinakkan.
Kebanyakan bayi tupai terbang lahir dalam kondisi yang amat lemah, buta dan tanpa bulu. Tupai terbang menghabiskan masa bayinya dalam lubang-lubang pohon sebagai sarang yang disediakan oleh sang induk.
Biasanya, satu induk bisa melahirkan dua atau tiga anak. Untuk jantan, ia akan dewasa pada usia dua tahun, sedangkan betina mencapai kedewasaannya di umur tujuh-15 bulan.
Menurut Sunaryo, salah satu penjual tupai terbang, menginjak usia enam minggu, tupai terbang muda mulai belajar terbang. Ia keluar dari lubang pohon dan mencari pijakan yang mantap dari ketinggian pepohonan sambil mencoba mengembangkan parasut.
Setelah cukup siap, ia akan melompat dan melayang sendirian. Jika sudah pernah melayang sekali saja, tupai-tupai muda akan mulai bertualang. Terus mencoba melayang lagi dan lagi hingga ia dewasa. Namun, ketika sudah dipelihara, tupai terbang tidak akan begitu sering terbang.
Kandang merupakan faktor penting agar tupai terbang lebih jinak dan betah tinggal di kandang. Kandangnya tidak jauh beda dengan sangkar burung yang terbuat dari kayu, dan ditempatkan di lokasi yang tinggi. "Jangan menggunakan plastik karena akan mengganggu sirkulasi udara," pesan Sunaryo.
Selain itu, kandang juga harus diberi jerami supaya benar-benar mendekati kondisi habitat aslinya. Pemelihara tupai terbang juga harus mempersiapkan dua sarang di kandangnya, karena mereka terbiasa punya minimal dua sarang di kandang alaminya.
Yang juga perlu dicatat, perlu sedikit strategi dalam memberi makan tupai terbang. Maklum, binatang pengerat ini hanya mau makan pakan yang menjadi kesukaannya, kecuali mereka sangat lapar. Jadi, "Perlu kesabaran untuk memberi makan tupai ini," tambah Angga Bima, penjual tupai terbang lainnya yang sudah lama bergelut dalam dunia binatang tersebut.
Jika memberikan makanan campuran, tupai terbang mungkin hanya makan biji bunga matahari, panganan lainnya akan dibiarkan utuh. Jika disediakan makanan burung dan pelet, mereka hanya makan pakan burung saja.
Setelah mereka sudah terbiasa makan makanan burung, sedikit demi sedikit tambahkan pelet lebih banyak dari makanan burung. Dengan begitu, mereka tidak ada pilihan selain memakan pelet.
Berbeda dengan bangsa tupai lain yang beraktivitas di siang hari, spesies tupai terbang adalah hewan malam (nokturnal). Ia akan menunggu gelap untuk berburu, mencari makan, dan mengisi hari-harinya.
Adapun di siang bolong, ia suka tidur di sarangnya. Lubang-lubang pohon yang gelap, hangat, dan nyaman. Karena itulah, sangat sulit melihat tupai terbang di siang hari.
Menurut Angga, indra dan semua sensor hewan ini sangat peka dalam kegelapan. Dengan sistem navigasi dan pengindraan malam, ia melayang dari satu pohon ke pohon lain. "Sifat inilah yang membuat para ahli menggolongkan tupai terbang sebagai hewan nokturnal arboreal", jelasnya.
Tupai terbang mampu bertahan hidup sampai usia 15 tahun. Di Indonesia, mereka tersebar di Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Jawa.
(Sumber)
Sampai saat ini, hewan bernama Latin Hylopetes winstoni itu yang menjadi binatang peliharaan, biasanya merupakan tupai terbang yang hidup di alam bebas atau liar yang kemudian dijinakkan.
Kebanyakan bayi tupai terbang lahir dalam kondisi yang amat lemah, buta dan tanpa bulu. Tupai terbang menghabiskan masa bayinya dalam lubang-lubang pohon sebagai sarang yang disediakan oleh sang induk.
Biasanya, satu induk bisa melahirkan dua atau tiga anak. Untuk jantan, ia akan dewasa pada usia dua tahun, sedangkan betina mencapai kedewasaannya di umur tujuh-15 bulan.
Menurut Sunaryo, salah satu penjual tupai terbang, menginjak usia enam minggu, tupai terbang muda mulai belajar terbang. Ia keluar dari lubang pohon dan mencari pijakan yang mantap dari ketinggian pepohonan sambil mencoba mengembangkan parasut.
Setelah cukup siap, ia akan melompat dan melayang sendirian. Jika sudah pernah melayang sekali saja, tupai-tupai muda akan mulai bertualang. Terus mencoba melayang lagi dan lagi hingga ia dewasa. Namun, ketika sudah dipelihara, tupai terbang tidak akan begitu sering terbang.
Kandang merupakan faktor penting agar tupai terbang lebih jinak dan betah tinggal di kandang. Kandangnya tidak jauh beda dengan sangkar burung yang terbuat dari kayu, dan ditempatkan di lokasi yang tinggi. "Jangan menggunakan plastik karena akan mengganggu sirkulasi udara," pesan Sunaryo.
Selain itu, kandang juga harus diberi jerami supaya benar-benar mendekati kondisi habitat aslinya. Pemelihara tupai terbang juga harus mempersiapkan dua sarang di kandangnya, karena mereka terbiasa punya minimal dua sarang di kandang alaminya.
Yang juga perlu dicatat, perlu sedikit strategi dalam memberi makan tupai terbang. Maklum, binatang pengerat ini hanya mau makan pakan yang menjadi kesukaannya, kecuali mereka sangat lapar. Jadi, "Perlu kesabaran untuk memberi makan tupai ini," tambah Angga Bima, penjual tupai terbang lainnya yang sudah lama bergelut dalam dunia binatang tersebut.
Jika memberikan makanan campuran, tupai terbang mungkin hanya makan biji bunga matahari, panganan lainnya akan dibiarkan utuh. Jika disediakan makanan burung dan pelet, mereka hanya makan pakan burung saja.
Setelah mereka sudah terbiasa makan makanan burung, sedikit demi sedikit tambahkan pelet lebih banyak dari makanan burung. Dengan begitu, mereka tidak ada pilihan selain memakan pelet.
Berbeda dengan bangsa tupai lain yang beraktivitas di siang hari, spesies tupai terbang adalah hewan malam (nokturnal). Ia akan menunggu gelap untuk berburu, mencari makan, dan mengisi hari-harinya.
Adapun di siang bolong, ia suka tidur di sarangnya. Lubang-lubang pohon yang gelap, hangat, dan nyaman. Karena itulah, sangat sulit melihat tupai terbang di siang hari.
Menurut Angga, indra dan semua sensor hewan ini sangat peka dalam kegelapan. Dengan sistem navigasi dan pengindraan malam, ia melayang dari satu pohon ke pohon lain. "Sifat inilah yang membuat para ahli menggolongkan tupai terbang sebagai hewan nokturnal arboreal", jelasnya.
Tupai terbang mampu bertahan hidup sampai usia 15 tahun. Di Indonesia, mereka tersebar di Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Jawa.
(Sumber)
1 komentar:
Kok belum bs dikembangbiakkan? jika di tangkap di alam secara terus menerus mereka akan punah, apakah tega anak cucu ikan tdk tau klo ada hewan yang sangat lucu seperti sugar glider.
Posting Komentar