Elvan Dany Sutrisno - detikNews
foto: detikcom
Jakarta - Militer Libya menyerukan gencatan senjata setelah pesawat sekutu mengebom konvoi militer di kota Benghazi. Pejabat militer AS meyakini hal ini sekaligus pertanda lemahnya pertahanan udara pasukan Khadafi.
Meski militer Libya menunjukkan tanda-tanda untuk memenuhi keinginan sekutu, namun tawaran gencatan senjata belum sepenuhnya diterima.
"Seperti pengumuman gencatan senjata sebelumnya, kami harus menunggu dan melihat apakah itu asli," kata juru bicara Komando Pasukan Amerika di Afrika, Vince Crawley, seperti dikutip detikcom dari CNN, Senin (21/3/2011).
Keinginan Khadafi melakukan gencatan senjata dengan sekutu didasari gerakan pasukan sekutu yang mulai mengarah ke Ibukota Libya, Tripoli. Namun hingga saat ini sekutu justru menanti komitmen Khadafi untuk berhenti menyerang Benghazi.
"Kami mendesak pemerintah Libya untuk melakukan segala sesuatu yang dapat untuk menunjukkan ketulusannya," tutur Vince.
Menteri Pertahanan Amerika, Robert Gates, menuturkan pasukan sekutu yang mengitari Tripoli semalam tidak untuk melakukan serangan apapun. Pasukan sekutu, menurut Gates, tidak menginginkan adanya korban sipil.
Gates mengatakan ada pilihan lain untuk membantu pejuang oposisi di luar mempersenjatai mereka ataupun peperangan. Misalnya dengan menekan pemerintah dengan sanksi politik dan ekonomi.
Sementara itu Sekjen Liga Arab, Amre Moussa, mengatakan apa yang terjadi di Libya berbeda dari apa yang dimaksudkan dengan memberlakukan zona larangan terbang. "Apa yang kami inginkan adalah perlindungan warga sipil dan bukan penembakan terhadap warga sipil lagi. Operasi militer tidak mungkin diperlukan dalam melindungi warga sipil," kecamnya.
(van/ahy)
0 komentar:
Posting Komentar