Pasukan keamanan Iran telah menculik dua pemimpin oposisi beserta istri mereka.
Renne R.A Kawilarang
Seperti dikutip dari kantor berita Associated Press, pernyataan AS itu disampaikan juru bicara Dewan Keamanan Nasional, Tommy Vietor, di Gedung Putih, Minggu 27 Februari 2011 waktu setempat. Menurut Vietor, AS menuding Iran melakukan pelanggaran secara mencolok atas hak-hak universal rakyatnya.
Sikap AS ini terkait dengan laporan dari suatu lembaga hak asasi manusia (HAM) bahwa pasukan keamanan Iran telah menculik dua pemimpin oposisi beserta istri mereka.
Menurut Vietor, kampanye intimidasi yang dilakukan Teheran diantaranya adalah menangkap tokoh-tokoh politik, pejuang HAM, aktivis politik, pemimpin mahasiswa, wartawan dan blogger. Iran, menurut AS, juga diketahui mengacak transmisi satelit dan memblokir lalu lintas internet di negara mereka.
Vietor lalu menyerukan pimpinan Irak untuk membuka ruang dialog bagi rakyat sekaligus menjamin kebebasan berpendapat dan berserikat tanpa ada ketakutan.
Sementara itu, stasiun berita Press TV melaporkan bahwa militer Iran telah bersiaga penuh menghadapi setiap ancaman yang merongrong stabilitas negara di Teluk Parsi itu.
"Setiap ancaman kami monitor dan Angkatan Bersenjata Iran selalu memantau setiap perkembangan yang terjadi dan gerakan apapun yang bisa mengundang ancaman," kata pejabat Angkatan Darat Iran, Brigadir Jenderal Ahmad Reza-Pourdastan.
• VIVAnews
0 komentar:
Posting Komentar